Rabu, 4 Sya’ban 1341 H (1922 M) Mbah pindah mesantren di Pondok Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Jumlah santri saat itu masih 60 orang dengan lurah pondoknya bernama Kiai Nawawi dari Majalengka. Sementara pengasuhnya adalah Kiai Isma’il, Kiai Dawud, Kiai Muhammad, dan KH. Amin Sepuh.
(20214824) SMKS PESANTREN CIWARINGIN JL. PESANTREN SELATAN NO. 03 BABAKAN CIWARINGIN, Babakan, Kec. Ciwaringin, Kab. Cirebon Prov. Jawa Barat (master referensi)
Setelah lulus dari SR, Kiai Manshur melanjutkan belajarnya di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri Jawa Timur bersama saudaranya. Di sana, Kiai Manshur nyantri selama kurang lebih 7 tahun. Sepulang dari Lirboyo, Kiai Manshur Ali pulang ke Cirebon, lantas nyantri di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin selama kurang lebih 3 tahun.
Sepenggal kalimat berbahasa Cirebon yang berarti, “santri tidak semuanya harus menjadi Kiai, apa pun pekerjaannya yang penting ilmunya bermanfaat buat masyarakat luas”, itu adalah salah satu ungkapan dari KH Masduqi Ali, pengasuh Pesantren Miftahul Mutallilmin Babakan Ciwaringin Cirebon yang wafat tahun 1991, kalimat tersebut memberikan
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu.
biaya pondok pesantren babakan ciwaringin cirebon